5 Konsep Membina Keluarga Bahagia

Pengantar:


5 Konsep Membina Keluarga Bahagia


Meski seseorang gagal karirnya di luar rumah, tetapi sukses membangun keluarga 
yang kokoh dan sejahtera, maka tetaplah ia dipandang sebagai orang yang sukses 
dan berbahagia. Sebaliknya orang yang sukses di luar rumah, tetapi keluarganya 
berantakan, maka ia tidak disebut orang yang beruntung, karena betapapun sukses 
diraih, tetapi kegagalan dalam rumah tangganya akan tercermin di wajahnya, 
tercermin pula pada pola hidupnya yang tidak bahagia.

hidup menjadi gelisah, tak tenang karena kegagalannya dalam membina rumah 
tangga. Itulah sebabnya Pasangan ideal dari kata keluarga adalah bahagia, 
sehingga idiomnya  menjadi keluarga bahagia. Maknanya, tujuan dari setiap orang 
yang membina rumah tangga adalah mencari kebahagiaan hidup. Hampir seluruh 
budaya bangsa menempatkan kehidupan keluarga sebagai ukuran kebahagiaan yang 
sebenarnya. 

Menikah  tidak terlalu sulit, tetapi membangun keluarga bahagia bukan sesuatu 
yang mudah.  Pekerjaan membangun, pertama harus didahului dengan adanya gambar 
yang merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Gambar bangunan (maket) 
bisa didiskusikan dan diubah sesuai dengan konsep fikiran yang akan dituangkan 
dalam wujud bangunan itu.  Demikian juga membangun keluarga bahagia, terlebih 
dahulu orang harus memiliki konsep tentang keluarga bahagia. 

Ada 5 konsep membangun keluarga bahagia.

1.Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis  
cinta membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan rahmah adalah jenis 
cinta yang lembut,  siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. 
Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, 
lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.

2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti 
pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, 
Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri 
dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya 
harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu 
kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga 
sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke 
dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, 
suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil 
menarik orang banyak, di rumah “nglombrot” menyebalkan.

3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap 
patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). 
Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan 
nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami.

4. Suami istri senantiasa menjaga Makanan yang halalan thayyiban. Menurut hadis 
Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, 
cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al 
haram ahaqqu ila an nar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian 
dan lain-lainnya.

5. Suami istri menjaga aqidah yang benar. Akidah yang keliru atau sesat, 
misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan sebangsanya. Bimbingan dukun dan 
sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bisa 
menyesatkan pada bencana yang fatal.